Beranda | Artikel
Tidak Ada Perbedaan Manhaj Diantara Para Sahabat
Senin, 13 Januari 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas

Tidak Ada Perbedaan Manhaj Diantara Para Sahabat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas pada 5 Jumadal Awwal 1440 H / 12 Januari 2019 M.

Download mp3 sebelumnya: Bersabar Dalam Mengikuti Jejak Salafush Shalih

Kajian Islam Ilmiah Tentang Tidak Ada Perbedaan Manhaj Diantara Para Sahabat

Keenam, para sahabat adalah orang-orang yang paling tahu tentang Al-Qur’an, orang yang paling tahu tentang sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang paling paham. Mereka adalah orang-orang yang paling paham tentang bahasa Arab, dan mereka adalah orang-orang yang hafal Al-Qur’an dan Sunnah, dan mereka adalah orang-orang yang sudah melaksanakannya, sehingga Allah ridha kepada mereka.

Ketujuh, manhaj mereka (para sahabat) satu. Baik dalam masalah iman, baik dalam masalah mengambil dalil, baik dalam masalah rukun iman yang enam, rukun Islam, tentang qadha dan qadhar, tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah, sama semuanya. Tidak ada perbedaan di antara mereka sama sekali.

Ketika mereka mentapkan Allah di atas Arsy’, semua sama. Tidak ada perbedaan di antara mereka sama sekali. Ketika mereka menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah, semuanya sama. Ketika mereka menetapkan bahwa Allah satu-satunya yang wajib diibadahi, tidak boleh menjadikan makhluk ini sebagai perantara dalam ibadah kepada Allah, sama semuanya. Tidak ada seorang sahabat pun yang datang ke kuburan Nabi untuk meminta sesuatu, tidak ada. Semuanya sama, beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Satu manhaj mereka. Meskipun ada perbedaan dalam masalah fiqih, ini wajar. Tapi manhaj mereka dalam ibadah kepada Allah, dalam tauhid, dalam aqidah, semua sama.

Kedelapan, mereka (para sahabat) adalah orang-orang yang wasath (pertengahan). Hal ini sebagaimana Allah sebutkan dalam surat Al-Baqarah:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

Demikianlah Kami jadikan kalian umat yang pertengahan, umat yang terbaik, agar kalian menjadi saksi diatas manusia ini. Dan Rasul menjadi saksi atas kalian.” (QS. Al-Baqarah[2]: 143)

Wasath.. Tidak ada ghuluw. Tidak ada para sahabat berlebih-lebihan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan tidak ada kekerasan sama sekali. Maksudnya mereka semuanya taat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tidak ada yang membangkang.

Perkataan mereka, “Sami’na wa Atha’na” ketika disuruh taat kepada Allah dan RasulNya. Dan mereka tidak ada yang berlebih-lebihan kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena dilarang untuk ghuluw. Dan Nabi melarangnya dengan keras. Bahkan ketika mereka menyebutnya Nabi sebagai orang yang paling baik, menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah “Sayyid”, Nabi tidak mau. Nabi tidak mau dipuji, Nabi tidak mau disanjung.

Jadi mereka tidak ghuluw dan mereka juga tidak jafa’. Mereka melaksanakan semua perintah-perintah Allah dan rasulNya dan mereka menjauhkan larangannya.

Kesembilan, mereka (para sahabat) adalah orang-orang yang istislam (tunduk patuh, tidak membantah). Ciri ini seperti yang Allah sebutkan:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّـهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٥١﴾

Sesungguhnya perkataan orang yang beriman apabila diajak ekpada Allah dan RasulNya untuk dihukumi di antara mereka, mereka mengatakan sami’na wa atho’na (kami dengar dan kami taat), dan mereka adalah orang-orang yang sukses/beruntung.” (QS. An-Nur[24]: 51)

Jadi kalau sudah datang wahyu dari Al-Qur’an atau Sunnah (perintah Nabi), mereka langsung sami’na wa atho’na. Tidak ada bantahan. Mereka tidak membantah dengan pemikirannya, tidak membantah dengan akalnya, tidak membantah dengan ra’yunya, tidak membantah dengan perasaannya, tidak membantah dengan orang banyak, tidak dengan yang lain. Itu ciri para sahabat.

Makanya ketika datang wahyu, mereka langsung melaksanakan. Itu para sahabat, luar biasa. Allah memuji mereka dan Allah tahu tentang hati mereka. Mereka tunduk, sami’na wa atho’na.

Tidak seperti sekarang, banyak orang-orang yang sudah dibawakan dalil, masih membantah, masih membangkang, masih melawan dalil itu dengan pendapatnya. Dan jika seseorang sudah membantah dalil, pasti sesat.

Kesepuluh, manhaj para sahabat mutakamil (sempurna). Baik dalam masalah aqidah, ibadah, akhlak,  hukum, adab, muamalah, manhaj mereka sempurna. Karena mereka melaksanakan syariat Islam ini secara menyeluruh, tidak sepotong-sepotong, tidak sebagai-sebagian. Karena Allah memerintahkan dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah ayat 285:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿٢٠٨﴾

Simak penjelasannya pada menit ke-14:44

Dengarkan dan Download MP3 Kajian Islam Ilmiah Tentang Tidak Ada Perbedaan Manhaj Diantara Para Sahabat



Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48052-tidak-ada-perbedaan-manhaj-diantara-para-sahabat/